Senin, 21 Januari 2013

SAMAHU TERUS BERJALAN



Kokoh, kuat, dan unik ada pada undak-undakmu
Sehingga keindahan menjadi pujian kini melekat padamu
Samahu; kau tahu aku adalah kau.
Samahu; bagi orang asing aku adalah kaum-mu.

Tahun ini inginku bercerita tentang pengalamanku
mulai dari Sasi sampai Ur-Puti;
dari Waihuhu di dusung pantai sampai di Hu’u dusung di gunung.
Pijakan kakiku mengikutimu sampai terngiang terus di perantauan.

Saudara kandungku ada di Peneu, Peway
Begitupula di Lousama, Louhatu,
Karena kakek Buyutku menitip pesan buat aku dari Tutulepi “katong samua basudara”.
Yaitu satu persaudaraan dapa lia akang waktu Panama.  

Aku terus mengikuti jejakmu Samahu
Terekam terus dalam periode kehidupan aku
Sejak dahulu menulis surat cinta pakai pena dan kertas berwarna
Kini, aku telah memakai kanvas digital;
Dan surat cintaku terkirim dalam hitungan detik.

Samahu terus berjalan;
Walaupun mereka bilang Metropolitan, Samahu telah berada disana.
Samahu tidak pernah tertidur;
Meski banyak yang hampir tertidur dalam pengaruh zaman
Dan Samahu tetap terjaga.

Di atas kanvas ini, aku mengungkapkan penghargaanku.
Dengan jemariku, aku merangkai kata bertuah atas hokmatmu.
Dan di balik lensa, aku menangkap sudut-sudut indah dari keindahanmu.
Biarlah aku abadikan semuanya untukmu Samahu.





 

.




Senin, 09 Januari 2012

SAMAHU AMALATU ; Tradisi badendang rotang

Ada ole-ole tahun baru yang saya coba bagikan buat pembaca setia BB blogspot, lebih khusus bagi yang merasa dirinya bagian dari masyarakat SAMAHU AMALATU (negeri Booi yang ada dimana saja). Ini sebuah tradisi yang sudah berjalan turun temurun di negeri yang kita cintai, yaitu negeri Booi.

Selengkapnya untuk mengetahui dasar-dasar dari tradisi ini, anda dapat membaca "DI SINI". Dan untuk melihat langsung Tradisi ini pada video lainnya, anda sekalian dapat melihatnya atau men-download-nya "DI SINI" .

Semoga bermanfaat.... Hormat Admin BB.

Minggu, 06 November 2011

Ada perigi "MAS" di Booi

Berbicara "perigi" (sumur), dimana-mana punya bentuk yang sama. Dan fungsi dibangun atau digali sebuah perigi juga punya fungsi yang sama pula. Yaitu sebagai tempat menimbah air, untuk kebutuhan minum atau juga mencuci bagi manusia.

         Kali ini saya ingin memperkenalkan sebuah tradisi di Maluku (Lihat; Maluku Tengah, dan sebagai contohnya di negeri Booi), yang hampir dimiliki oleh semua lapisan masyarakat di Maluku (yaitu setiap masyarakat yang berada di negeri-negeri di pulau Lease). Berangkat dari posting saya kali yang melihat ada keunikan dari perigi (sumur), dan di semua negeri di pulau Lease, tentunya memiliki lebih dari satu perigi (sumur), sehingga untuk menandai setiap perigi tersebut, masyarakat setempat kemudian memberikan nama atasnya.

            Sebagai contoh di negeri Booi, ada memiliki enam (7) buah negeri, dan dibagi dalam dua (2) kategori yaitu perigi tua, dan perigi baru (muda). Yaitu empat (4) buah perigi tua (perigi yang berusia di atas 80 tahun), inilah nama-namanya; Perigi Mas, Perigi Pohong Liang, Perigi Benteng (perigi ini tidak lagi dipakai, karena letaknya di tengah hutan, disekitar dusung "BENTENG"), dan Perigi Raja (perigi tertua, dan usianya diatas 200 tahun). Dan tiga (3) buah lainnya yaitu perigi baru, yang usianya di bawah 10 tahun. Yaitu perigi baru, perigi pohong gayang, dan perigi pohong langsa.
            
          Secara historis dalam setting kehidupan masyarakat tradisional di Maluku, tidak an sich pemberian nama atas tempat-tempat tertentu sebagai tanda untuk menandai, tetapi jauh dari pada itu lewat tempat-tempat, atau benda-benda yang diberi nama, kemudian melekat di dalamnya sebuah mithos atau legenda yang membuktikan ciri khas dari tempat atau benda masing-masing atas keunikannya, serta kekuatannya yang berbeda-beda pula.

            Sebagai contoh dapat saya temukan di negeri Booi, di "perigi benteng" memang tidak ada yang istimewah ketika mendengar nama perigi benteng (karena memang terletak di daerah petuanan/dusun yang bernama "Benteng"). Akan tetapi dalam pengakuan masyarakat yang berlangsung dari generasi ke genarasi, perigi benteng dahulu ada karena sebuah kisah; dimana seorang kapitang/panglima perang asal Sawahil (negeri lama dari orang Booi), dengan seekor anjingnya (Malessi-nya/asisten) setelah pulang membantu sebuah peperangan di Ihamahu; dan hampir tiba di wilayah Sawahil, anjingnya hampir meninggal karena kehausan. Maka sang kapitang menikam tombaknya di tanah dimana ia berdiri, maka keluarlah air, dan anjingnya dapat minum dari air itu. Nama kapitang tersebut kapitang Ritawaemahu. 

             Dalam cerita lainnya, setiap perigi tua yang ada di negeri Booi, dahulu di percaya oleh masyarakat negeri memiliki penjaganya (sejenis roh-roh penjaga yang berwujud manusia) masing-masing. Sehingga tidak sembarangan masyarakat memperlakukan perigi-perigi tersebut, dengan sesuka hati (dalam artian masyarakat akan selalu menghormati dan menghargai perigi tersebut dan menjaga selalu kebersihannya). Dan setiap tahunnya ada Masohi (gotong royong) dari seluruh masyarakat negeri Booi melakukan pembersihan perigi yang dikenal dengan nama (Cuci parigi).

             Ada sebuah pengakuan dari seorang anggota masyarakat negeri Booi, disuatu waktu ia pernah menyaksikan "perigi raja" mengeluarkan airnya sampai penuh, dan akhirnya tumpah keluar, dan hal itu terjadi pada suatu malam, ketika ia (saksi) sementara berjalan dengan tidak sengaja melewati perigi raja menuju ke rumahnya yang berada di ujung negeri bagian pantai. Dan cerita ini cukup menggemparkan masyarakat saai itu, setelah mendengar kesaksian dari saksi mata tersebut. Jadi berangkat dari posting kali ini saya ingin memberikan suatu pengertian lain, bahwa pemberian nama pada suatu tempat, benda, memiliki artian ganda dan hal ini yang berlaku di dalam setting kehidupan orang Maluku.


        Kemudian, berbicara tentang perigi-perigi di negeri Booi, saya juga baru menelusuri pengertian di balik sebuah perigi di negeri Booi, yang mampu menarik perhatian banyak orang, ketika mengetahui ada sebuah Perigi Mas (namanya), di negeri Booi. Terlintas pemahaman setiap orang kalau di perigi itu pasti ada mas-nya. Dan memang betul, ada mas di Booi dan tepatnya di perigi tersebut. Yaitu "Mas" dalam makna kiasan, "Mas" yang berasal dari kependek nama belakang seorang guru yang pernah bertugas di negeri Booi, sekitar di awal tahun 1930.Nama beliau adalah bapak guru Z. MASPAITELLA.  Beliaulah orang yang berinisiatif untuk menggali sebuah perigi untuk kebutuhan keluarga beliau dan juga kebutuhan keluarga sekitar. Maka nama perigi tersebut di beri nama "Perigi Mas" (di ambil dari kependekkan nama belakang MASPAITELLA). Dan sampai sekarang nama perigi itu masih disebut oleh orang Booi dengan nama "Perigi Mas" dan perigi tersebut sudah berumur 81 tahun, dapat anda lihat di gambar disamping ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.



sumber dari; MALE