Sabtu, 03 September 2011

Hari Dominggu; khusus makan NASI

Hari dominggu (baca: Minggu) hari istirahat. Hari ini memang bawaannya penuh keunikan tersendiri dalam sejarah hidup orang Nasarani (Sarane/Kristen) di Maluku semenjak dahulu kala. Selain dikhususkan untuk beribadah pesekutuan jemaat di Gereja, hari ini pula akan disusul dengan beragam ibadah lainnya, mulai dari Sekolah Minggu (SMTPI), Angkatan Muda (AMGPM), atau Ibadah yang lainnya (pokoknya disesuaikan dengan pengaturan tiap jemaat masing-masing di negeri-negeri).
Kembali ke hari dominggu, ada keunikan-keunikan lain, ketika dahulu saya pernah mendengar cerita dari kedua orang tatua ini; almarhum Paulus Pattiasina (Tete Pau) dan almarhum Fredrik Lesilolo (Tete Pede) tepat pada hari dominggu seperti ini; mereka berdua seakan hendak membagi pengalaman kepada saya kala itu,  bahwa beberapa keunikan dari hari dominggu dalam konteks masyarakat negeri Booi; semenjak dahulu sangat dirasakan hingga kini (walaupun tidak semua nuansa dengan nilainya itu, masih bertahan higga kini).

Memang hari dominggu sebagaimana dalam pandangan iman kristiani hari dominggu adalah hari sabbat, maka dari itu semua orang tatua benar-benar mengindahkan hari dominggu dengan cara-cara yang konkrit, yaitu tidak bepergian ke hutan atau ke laut untuk mencari nafkah, jika hal itu dilakukan pasti akan mengudang celaka atas pribadinya (sebab banyak fakta yang telah membuktikan hal tersebut). Demikian resume pembicara kala itu, dan mencoba saya mengingat-ingatnya  kembali dan mempostingnya kembali secara garis besar bagi anda pembaca Blog "BB".

Bukan hanya itu, di hari Dominggu juga punya arti sosial yang lain dalam tatanan hidup orang basudara di negeri Booi pada jaman "Tempoe doloe" (Djadoel). Menurut mereka berdua, lazimnya pada hari dominggu semua orang saling berkunjung ke rumah saudaranya yang terdekat untuk sekedar silahturahmi, atau sekedar mendiskusikan beragam hal, seperti perencanaan kerja yang bersifat keluarga, atau bahkan sampai bersifat umum sekalipun. Intinya hari dominggu benar-benar dipakai dalam kaitannya membangun komunikasi dan konsolidasi internal antar keluarga bahkan lintas keluarga (yang tidak memiliki hubungan geneologis) sekalipun.

Keunikan berikutnya,  di hari dominggu dalam kaitan dengan tradisi memasak makanan untuk keluarga, dimana setiap keluarga kelas bawah, dan menengah, di jaman tempoe doloe adalah waktu yang telah ditentukan atau sudah dijadwalkan khusus untuk makan NASI, sebab beras jaman dulu masih cukup langkah di peroleh. Sebab hakekatnya orang Maluku makanan pokonya adalah "sagu", yang kemudian dapat diolah dalam beragam bentuk makanan, bisa menjadi "Papeda", menjadi "sagu bakar", "Embal", atau penganan lain yang biasa disebut oleh orang Maluku tempoe doloe yaitu "Karkaru" atau "Sinoli". Sehingga ketersediaan makanan setiap hari, mulai dari hari senin sampai dengan hari sabtu masih bisa diisi dengan jenis makanan-makanan diatas, apa lagi kalau diselingi pula dengan masakan umbi-umbian, atau ketelah pohon (Kasbi); itu berarti masuk akal juga (menurut saya, ketika mendengar cerita kedua orang tua ini) kalau di hari minggu adalah hari spesial makan Nasi.

Adalagi yang lebih menarik di hari dominggu ini, ketika mereka berdua mencoba menghitung nama-nama orang tatua yang umurnya sedikit di atas mereka, (yang saya ingat hanya satu nama dari sekian banyak nama yang mereka coba hitung satu per satu, Tete Mako Pattiasina namanya, karena sempat saya mengenal tete Mako sebelum ia meninggal dunia itupun saya masih berumur sekitar 4-5 tahunan) dan setelah diceritakan oleh mereka berdua, ternyata di jaman tempoe dolo di Negeri Booi, setiap hari dominggu adalah hari special untuk orang laki-laki bertanding permainan kartu, mulai dari permainan "kartu gaplek", "kartu trup" sampai yang menghebohkan ialah permainan "kartu dert. Sebab kehebohan jenis permainan kartu yang satu ini (kartu dert), sangat menarik perhatian orang banyak.

Bagaimana tidak menarik perhatian orang banyak?? dulu saya pernah menyaksikan sendiri oom-oom (paman), atau kakak-kakak saya bermain kartu "dert" (walaupun cara bermainnya saya tidak mengerti), sementara keasikan menonton mereka bermain saya kaget dengan tiba-tiba, karena ada suara menggelegar besar, berteriak "DERT...!!!!!!!" sambil menumbuk meja dengan sekeras-kerasnya, dan disertai dengan tertawa bahagia yang besar pula dari sesama pasangan yang berteriak dert tadi, huft......!!! saya jadi bingung, tapi itulah mereka (yan bermain Dert) sangat mengerti dan menikmati permainan kartu mereka itu. Sehingga saya kemudian bisa memahami betul bahwa Almarhum tete Mako dan rekan-rekan sejawatnya (sebagaimana diceritakan ulang oleh mereka berdua) adalah orang-orang yang sudah terkenal di negeri Booi sebagai pemain Dert yang hebat.

Ada lagi satu hal unik lainnya dari sekian banyak cerita saat itu, yang bisa saya ingat-ingat kembali (dari pembicaraan kami saat itu), untuk menambah referensi anda. Yaitu cara meminum alkohol ala orang tatua, yang berbeda dengan cara anak muda saat itu (saat dimana pembicaraan itu terjadi, kurang lebih tahun 1996-1998), dan terlebih lagi bila dibandingkan dengan cara anak muda di masa kini tentunya.

Menurut tete Pede, dahulu orang tatua jika harus memium alkohol, yaitu pada saat hendak makan atau sesudah makan, dan jika harus meminum alkohol untuk bersukacita, di hari dominggu inilah, pada saat mereka (orang tatua berkumpul untuk berdiskusi satu dengan lainnya) mulai membentuk suatu grup kecil, yang terdiri mulai dari 3-5 orang atau lebih, dan kemudian mereka biasanya memakai takaran satu botol "Bols" (ukurannya berisikan kira-kira 2 liter) berisi minuman "Sopi" dengan satu gelas "sloki" (gelas berukuran mini) sebagai takaran bersama. Dan uniknya isi sopi satu botol bols kurang lebih 3-5 jam baru habis isinya. berbeda halnya dengan pemuda generasi sekarang, jika ada uang, 1 cerigen (lihat: wadah yang terbuat dari plastik, untuk mengisi 5 liter minyak Bimoli) bisa dihabiskan hanya dalam jangka waktu kurang dari 120 menit.

Demikianlah cerita ulang dari saya kepada anda sekalian pembaca blog "BB", semoga bermanfaat dan mohon maaf, jika didalam cerita ini ada penyebutan nama-nama yang keliru, saya mohon dikonfirmasi kembali. Sekali lagi semoga bermanfaat tulisan ini, demi membangun kembali ikatanan emosional kita bersama sebagai orang basudara, lebih khusus putra-putri Samahu Amanolatu.[BB]


TABEA...!!!

0 komentar:

Posting Komentar